TANPA BANTUAN PEMKO SIBOLGA SEKALIPUN
UMAT ISLAM AKAN SELESAIKAN PEMBANGUNAN MASJID AGUNG
Sibolga, Cakra
Sebagai Umat Islam yang berasal dari Kota Sibolga, sangat bangga dengan adanya Masjid Agung yang berdiri megah ditengah Kota Sibolga. Radjoki Nainggolan, SE, MA kepada SKI CAKRA menuturkan bahwa Masjid Agung adalah bagian dari sejarah yang tak dapat dipisahkan dari kota kelahirannya Sibolga. Sejak kecil hingga dewasa beliau selalu menginjakkan kakinya untuk sholat berjama’ah maupun sholat sendiri apabila panggilan adzan berkumandang. Baik itu sholat Shubuh, Dzuhur, Ashar, Mahgrib, hingga Isya. Puluhan tahun yang lalau kata Radjoki Nainggolan pelaksanaan Ibadah di Masjid Agung dalam pimpinan Bapak Alm. H. Amin Awal Hutabarat yang dikenal dengan panggilan Haji Timbul. Tanpa BKM seperti sekarang ini, tak ada keributan, tak ada pula yang tiap bulan minta gaji sebagai pengurus BKM seperti sekarang ini. Padahal Bapak Alm. H. Amin Awal sehari harinya hanya sebagai Penjual Kelapa di Pasar Onan Pasar Belakang (Sekarang Kantor DPRD, Dinas Pendapatan, BPN, Islamic Centre, dan Pengadilan Agama Kota Sibolga).
Radjoki Nainggolan mengatakan, sejak masih duduk dibangku sekolah rakyat, beliau dan banyak anak anak Kota Sibolga sudah mengaji di Islamiyah (Sekarang SD, MTs, MA Islamiyah Sibolga) dan sholat di Masjid Agung Kota Sibolga. Secara nostalgia kata Radjoki mereka ikut berpartisipasi menata dan membangun Pagar Masjid Agung dengan bergotong royong. Mereka gembira mengangkat batu dari Pinang Sori dan Sibiluan ke Masjid Agung dan Islamiyah (dalam sejarahnya, Masjid Agung dan Islamiyah merupakah satu kesatuan yang tak terpisahkan). Pekerjaan itu mereka lakukan dibawah pimpinan Alm. H. Jamjami Siregar, SH (Abang Kandung Tertua Bagdani Siregar). Radjoki Nainggolan mengatakan harapan semoga mereka yang berjasa meminpin dan membangun Masjid Agung yang didirikan tahun 1906 itu mendapat taufik dan rahmat yang tiada terhingga.
Dalam kesempatan itu Radjoki Nainggolan juga menegaskan bahwa Masjid Aung bukanlah Masjid Pemerintah, Masjid Agung bukan milik Pemerintah Kota Sibolga. Masjid Agung tidak sama dengan Masjid Pemerintah pada umumnya, seperti Masjid Muslim Pancasila atau lainnya. Tetapi Masjid Agung adalah Masjid Umat Islam Kota Sibolga.
“Awalnya juga begitu. Masjid Agung dibangun oleh Masyarakat Islam Sibolga tanpa andil Pemerintah Kota, dan kalaupun sekarang berlaku sama, tidak mendapat tempat di Pemko Sibolga tidak akan jadi masalah. Masjid Agung tetap akan terbangun dan kita yakin akan selesai, karena ini adalah tekad Umat Islam Kota Sibolga sejak dulu sampai sekarang”. Kata Radjoki Nainggolan seraya membandingkan Masjid Agung yang dulu dimasa kepemimpinan Alm. Amin Awal alis Haji Timbul tidak sekusut masai sekarang ini.
Radjoki mengatakan, kalau ada yang mau infaq atau bersedekah silahkan saja, istilahnya kalau tangan kanan memberi, kalau perlu tangan kiri jangan sampai tahu. Tidak seperti saat ini, para penyumbang ada yang mempertanyakan kenapa sumbangannya tidak tertera dipapan pengumuman donatur. Memang itu kata Radjoki adalah Hak penyumbang. Tetapi masalah bantuan Pemko Sibolga ke Masjid Agung menjadi satu pergunjingan yang tidak habis habisnya ditengah tengah masyarakat membuat Radjoki Nainggolan lumayan gerah. Bagi Radjoki itu sangat memalukan Umat Islam sedunia, seolah olah kalau tidak ada bantuan Pemko Sibolga tidak akan siap.
“Nauzubillahi min zaliq. Saya kurang terima itu. Bantuan Pemko Sibolga bukan satu satunya yang mampu menyelesaikan Masjid Agung”. Kata Radjoki menanggapi polemik yang dahsyat antara Panitia Pembangunan Masjid Agung dengan Pemko Sibolga yang saling lempar masalah.
Menurut info yang beredar, dari satu sisi Pemko Sibolga mengatakan bahwa Panitia belum mempertanggungjawabkan Bantuan yang diberikan pihak Pemko. Dari sisi lain Panitia Pembangunan Masjid Agung mengatakan telah memberi Laporan Pertanggung jawaban Bantuan yang diberikan Pemko Sibolga, sehingga hal ini menjadi teka teki kepada masyarakat, bak kato Urang Pasisi, Nan Mano Anyo Buayo Nan Mano Anyo Biawak (Seperti kata Orang Pesisir, Yang Mananya Buaya Yang Manapula Biawak, red).
Untuk tidak berlarut larutnya pergunjingan ini Kata Radjoki, Pihak Pemko Sibolga wajib lebih berani mengumumkan ketengah tengah masyarakat bahwa Panitia belum mempertanggung jawabkan bantuan dari Pemko Sibolga, sebaliknya Panitia Juga wajib berani angkat bicara dan mengumumkan kepada masyarakat melalui Jama’ah dan orang banyak bahwa Panitia telah memberikan Laporan Pertanggung jawaban Uang bantuan dari Pemko Sibolga.
Intinya, Kata Radjoki Nainggolan. Kalau memang Panitia sudah menyampaikan Laporan Pertanggung jawaban, maka Walikota Sibolga tidak berhak menghentikan dan atau menahan Uang bantuan Pemko Sibolga yang telah dianggarkan. Walikota Sibolga harus mencairkan anggaran tersebut agar selesai permasalahannya.
“Atau, silahkan Pemko Sibolga tidak memberikan atau tidak mencairkan bantuan seperti permintaan permintaan sumbanagn masyarakat biasa lainnya. Suka suka Walikota saja, walaupun sudah ada dianggarka tiap tahunnya, walikota bisa mencoret atau menihilkannya sekalipun, bisa saja, sesuka hatinya”. Kata Radjoki Nainggolan.
Begitupun, Radjoki optimis dan hakkul yakin bahwa tanpa bantuan Pemko Sibolga Pembangunan Masjid Agung Sibola pasti akan selesai dengan bantuan ikhlas Masyarakat sedikit demi sedikit bersama do’a. “ Allahu Akbar. Saya yakin dan percaya kepada masyarakat Islam Kota Sibolga pasti mampu membangun rumah Allah itu”. Demikian Radjoki menutup perbincangan. (SDP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar