Bendungan Tumba Julu Manduamas Ambruk,
Warga Setempat :
Pemkab Tapteng Belum Serius Tangani Pembangunan Bendungan
MANDUAMAS, CAKRA
Bendungan yang terletak di desa Tumba Julu Kecamatan Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah sebenarnya sudah lama ambruk, ambruk atau jebolnya bendungan dimaksud kuat dugaan karena dikerjakan pihak rekanan/kontraktor dengan sistem asal jadi sehingga tidak cukup kuat untuk mampu bertahan lama.
Ambruknya bendungan tersebut menuai protes tajam dari warga sekitar. Pasalnya, bendungan (dam) yang selama ini diharapkan masyarakat setempat sebagai sentral pembagian debit air kelahan persawahan milik masyarakat itu kini tidak bisa difungsikan lagi, akibatnya, masyarakat setempat yang ekonominya lemah menjerit akibat tekanan ekonomi dan mahalnya harga beras dipekan saat ini.
Masyarakat yang khususnya petani di dua desa yaitu Palombang Desa Tumba Jae dan Desa Tumba Julu Kecamatan Manduamas merasa resah karna tidak bisa mengelola lahan persawahan milik mereka. Warga masyarakat yang berprofesi sebagai petani jumlahnya cukup banyak di dua desa tersebut, dan lahan yang tergantung pada bendungan rusak itu sebanyak 250 Ha.
Bendungan yang rusak tentu saja membuat lahan persawahan milik masyarakat setempat sudah satu tahun ini kekeringan, karena tidak mendapatkan debit air akibat dari ambruknya bendungan dimaksud. Keresahan masyarakat semakin bertambah karena sampai saat ini kondisi bendungan yang telah tumbang itu masih begitu begitu saja, belum ada sinyal terhadap perbaikan dan pembangunan bendungan yang dilakukan Pemkab Tapteng, padahal itu sangat diperlukan guna mencegah penderitaan petani yang bisa jadi akan berkepanjangan. Demikian disampaikan beberapa warga Desa Tumba Julu Kecamatan Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah bermarga Sihotang (35) dan Bermarga Situmorang (41) kepada SKI CAKRA pekan lalu.
Dikatakan keduanya, sebenarnya kondisi bendungan (dam) yang sudah ambruk sekitar satu tahun lebih di desa mereka sudah diketahui oleh pejabat berwenang, bahkan saat keadaan fisiknya masih dalam kondisi rusak parah telah pernah dilakukan peninjauan secara langsung dilapangan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah. Namun, hingga saat ini perbaikan dan pembangunan bendungan yang sudah tumbang itu belum ada tanda-tanda akan dilakukan. Pihak Pemkab Tapteng hingga kini belum mengambil langkah dan inisiatif terhadap penanganan masalah bendungan ini, padahal hal tersebut harusnya wajib mendapat perhatian serius. Jika perbaikan bendungan tidak juga dilakukan dalam waktu dekat akan mengancam lahan persawahan milik masyarakat yang luasnya mencapai 250 Hektare (Ha) lebih. Lahan tersebut saat ini telah mengalami kekeringan global yang meliputi dua desa yaitu Desa Tumba Julu dan Desa Tumba Jae Kecamatan Manduamas, dan apabila pembiaran tetap berlangsung, dipastikan lahan tersebut dalam waktu yang tidak lama lagi akan berubah fungsi menjadi tanah daratan
“Ditahun ini masyarakat telah mengalami gagal panen karna lahan masyarakat sudah kekeringan. jika hal ini dibiarkan tanpa ada penanganan serius dari Pemkab Tapteng, maka masyarakat akan tertimpa penderitaan berkepanjangan. jika tidak secepatnya dilakukan perbaikan bendungan maka ditahun mendatang masyarakat juga akan terancam untuk bercocok tanam”. Keluhnya keduanya.
Hal senada juga dikatakan warga lainnya bermarga Hasugian (62), bermarga siringo-ringo (37) dan bermarga mahulae (45) yang juga merupakan warga Desa Tumba Julu. Warga ini menuturkan, bendungan (dam) yang sudah jebol berakibat fatal kepada masyarakat petani, menurunkan hasil panen warga. Bahkan sebagaian lahan persawahan milik warga karna sudah lama tidak dialiri air dari bendungan tersebut berubah menjadi tanah daratan. namun masyarakat juga yang mayoritas sebagai petani terpaksa mengalihkan status dari tanaman padi menjadi tanaman-tanaman palawija seperti, Jagung, Kacang, Cabe dain lainnya lagi, hal itu dilakukan untuk bisa mempergunakan tanah tersebut sebagai upaya menyambung hidup masyarakat setiap harinya menunggu adanya uluran tangan dari Pemkab Tapteng menangani pembangunan bendungan yang sudah jebol di desa tumba julu, papar mereka mengahiri. (CM.01)
Menyambut HUT kemerdekaan RI Ke-66,
Paskibra Kecamatan Sirandorung Tahap Persiapan
SIRANDORUNG, CAKRA
Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarahnya, Soekarno menyebutnya JAS MERAH (Jangan Lupakan Sejarah). Dan tentu saja, peringatan HUT RI adalah salah satu agenda besar yang tak bisa luput dari derap langkah kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk. Disemua wilayah, dari kota hingga desa sudah mulai melakukan persiapan persiapan untuk menyambut hari Istimewa itu, dan tahun 2011 ini merupakan kali ke 66 bagi masyarakat se nusantara untuk merayakannya. Tak terkecuali Kecamatan Sirandorung, sudah banyak persiapan yang dilakukan di Kecamatan ini, terutama pelaksana pokok yang menjadi pusat perhatian di puncak acara detik detik proklamasi, Pasukan Pengibar Bendera Pusaka atau yang lebih dikenal dengan Paskibraka.
Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) untuk pelaksana upacara di Kecamatan Sirandorung sudah terdata sesuai kebutuhan yang ada. Anggota Paskibra ini berasal dari berbagai sekolah Tingkat SLTA sederajat Se-kecamatan Sirandorung. Mereka yang terpilih lewat seleksi tingkat kecamatan saat ini sudah masuk dalam tahap latihan, ini diperlukan agar pada pelaksanaan nanti, selain dijamin meriah, para petugas upacara betul betul rapi dan indah dipandang mata. Dengan begitu, 17 Agustus 2011 mendatang akan menjadi hari yang sangat istimewa bagi semua warga.
Pelatih Paskibra tingkat Kecamatan Sirandorung berasal dari satuan TNI/POLRI yakni Brigadir. M. Safi’I didampingi Serma Santoso. Kepada SKI CAKRA duet pelatih ini mengatakan Latihan Paskibra start sejak senin 18 Juli 2011 lalu dilapangan SMAN 1 Sirandorung dan akan kembali dilanjutkan sampai ke lapangan Darma Satya di komplek Kantor Camat Sirandorung. Menurut keduanya, latihan Paskibra harus dilaksanakan secara maksimal agar pada saat pelaksanaan nantinya berjalan lancar dan sempurna.
Camat Sirandorung melalui Sekcam Antonius Hutagalung saat ditemui di ruangannya menuturkan, menjelang HUT kemerdekaan RI yang ke-66 khususnya di Kecamatan Sirandorung saat ini masih dalam tahap persiapan, itu semuanya berjalan melalui kebersamaan semua pihak dan juga elemen masyarakat untuk memperingati dan memeriahkan 66 Tahun Indonesia Merdeka yang akan akan dilaksanakan secara nasioanal pada tanggal 17 Agusutus 2011 mendatang. (Sahat Tumanggor)
PENGANGKUT TBS DAN CPO PT. NAULI SAWIT
BIANG KERUSAKAN JALAN RAYA BAJAMAS
SIRANDORUNG, CAKRA
Mobil tronton pengangkut Tandan Buah Segar (TBS) yang setiap hari lalulalang tepatnya di jalan transmigrasi Kelurahan Bajamas Kecamatan Sirandorung Tapanuli Tengah (tapteng) mengakibatkan kondisi badan jalan terlihat kian rusak parah dan aspal badan jalan yang menempel sudah tidak terlihat lagi menempel dibadan jalan. sehingga badan jalan saat ini kupak kapik dimana-mana terlihat batu kerikil berserakan. karna seringnya dilintasi mobil tronton pengangkut Cruit Palm Oil (CPO) dari Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS) Milik PT. Nauli Sawit kebun Sirandorung yang memiliki muatan 25 ton hingga sampai dengan 30 ton. sehingga kondisi badan jalan kabupaten tapanuli tengah (tapteng) rusak parah.
Alhasil, Armada pengangkut buah yang setiap harinya lalulalang mulai melintasi dari dusun pasar kamis desa simpang tiga lae bingke menuju kelurahan bajamas kecamatan sirandorung kurang lebih sepanjang 3 km rusak parah. disebabkan kapasitas muatan mobil tromtom pengangkut buah itu mengakibatkan dampak badan jalan terlihat hancur-hancuran. dimana-mana berlobang-lobang.
Menurut keterangan masyarakat setempat yang bermukim di dusun Satu Pemukiman (SP-3) kelurahan bajamas kecamatan sirandorung Tapanuli Tengah kepada SKI CAKRA pekan lalu mengatakan, rusaknya badan jalan dikelurahan bajamas merupakan kurangnya pengawasan dari pihak Dinas perhubungan Kabupaten Tapanuli Tengah yang diduga “tutup mata” terhadap kerusakan badan jalan yang saat ini sudan rusak parah sehingga berdampak kepada masyarakat setempat.
“Hal ini merupakan salah satu bukti yang dipertontonkan Dinas Perhubungan tapteng kepada masyarakat karna di nilai tidak memihak terhadap kepentingan masyarakat dan mengabaikan kepentingan keluhan masyarakat tentang tingkat kerusakan badan jalan yang selama ini dilalui kenderaan armada pengangkut CPO dari badan jalan kelurahan bajamas.
Selanjutnya dikatakan warga setempat, Dinas Perhubungan pemkab tapteng harus bertindak melakukan razia penertiban terhadap mobil yang bermuatan melebihi tonase yang lalulalang dari badan jalan tersebut.apabila perlu menindak sipengusaha guna terlibat dala akses pembangunan badan jalan yang saat ini rusah berat.
Beberapa Supir Mobil Penumpang (Mopen) bermarga Sihotang (29), Bermarga Tumanggor (26) dan bermarga Marbun (37) kepada SKI CAKRA Kamis (28/7) mengaku, melihat kondisi badan jalan yang sudah rusak parah disebabkan dilintasi mobil tronton yang setiap hari lalulalang dibadan jalan transmigrasi yang memiliki daya angkut melebihi tonase badan jalan. sehingga tingkat kerusakan badan jalan saat ini sangat berdampak positif terhadap pengguna badan jalan yang hanya mengelakkan lobang-lobang ekstra sakit pinggang.
Parahnya lagi, lanjutnya, pada saat musim kemarau terjadi.sejumlah mobil tronton pengangkut buah yang setiap hari lalu lalang melintasi badan jalan dikelurahan bajamas kecamatan sirandorung sangat meresahkan warga dan menimbulkan debu-debu yang beterbangan kerumah penduduk.sehingga warga setempat yang selama ini menghirup udara segar dikediamannya. kini telah berubah menghirup udara kotor.maka apabila dibiarkan tanpa ada tindakan dari pemkab tapteng. maka kondisi kesehatan masyarakat setempat sangat terngganggu disebabkan polusi udara yang menimbulkan debu-debu kotor bisa berakibat menimbulkan sesak napas (Asma), batuk-batuk dan penyakit diare terhadap anak-anak mereka.
Maka masyarakat setempat mengharapkan agar pemkab tapteng melalui Dinas Perhubungan (Dishub) tapteng dan Polisi Lalulintas (Polantas) Polres tapteng agar menindak tegas sipemilik kenderaan dan sekaligus menertibkan kenderaan yang tidak layak lalu lalang dibadan jalan khususnya armada yang memiliki daya angkut melebihi tonase badan jalan. (CM.01)
Menjelang Bulan Puasa,
Tempat Prostitusi Sirandorung Segera Ditutup.
SIRANDORUNG, CAKRA
Ibadah puasa adalah ibadah setahun sekali yang dijalankan oleh umat Islam diseluruh dunia. Ibadah yang hanya satu kali setahun ini tentu saja memiliki arti penting bagi para pemeluknya, sehingga bukan saja bagaimana menjalankannya dengan baik dan sempurna, tapi agar lebih menjamin berjalannya ibadah sesuai tuntunan agama, maka perlu melakukan pembersihan diri dan lingkungan pada waktu bulan dimaksud datang
Sebagai bentuk nyata dari upaya membuat bulan ramadhan benar benar menjadi bulan penuh rahmat dan barokah, maka akan banyak pendapat yang mengatakan agar tempat tempat yang melanggar anjuran agama seperti lokasi prostitusi ditutup dan ditertibkan sesegera mungkin oleh aparat pemerintahan.
Kondisi yang seperti itu ada di di Satu Pemukiman (SP-II) Desa Muara Ore Kecamatan Sirandorung Tapanuli Tengah. Lokasi mesum yang satu ini oleh masyarakat setempat diminta agar secepatnya ditutup pihak pemerintah guna mengantisipasi dan saling menjaga keharmonisan, menghormati antar sesama umat manusia. Sehingga pelaksanaan ibadah puasa khususnya bagi umat muslim yang ada dikecamatan Sirandorung berjalan kondusif.
Warga dusun Satu Pemukiman (SP-II) Desa Muara Ore Kecamatan Sirandorung meminta agar tempat-tempat maksiat secepatnya ditutup. karna bisa saja berdampak negatif dan merusak kerukunan dan keharmonisan keluarga masyarakat. Sehingga sangat lazim pemerintah melalui Sat-Pol PP secepatnya menertibkan, dan apabila perlu sekaligus menutup lokasilisasi bisnis esek-esek yang kian menjamur di wilayah kecamatan Sirandorung.
Karna sejak adanya lokalisasi yang biasa disebut-sebut “Kampung Baru” sangat mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat setempat.disebabkan dentuman sound system suara musik dari tempat prostitusi tersebut yang tidak mengenal siang maupun pada malam harinya selalu terdengar dan terngiang di telinga masyarakat.akibatnya. masyarakat setempat dibuat makin resah.
Beberapa Ibu Rumah Tangga (IRT) yang namanya tidak mau dikorankan kepada SKI CAKRA kamis (28/7) sekira pukul.15.35 wib mengaku keberadaan tempat maksiat tersebut yang sampai saat ini masih dibuka sangat meresahkan masyarakat, bahkan para Ibu Rumah Tangga (IRT) merasa was-was dan takut akan suaminya terjebak dilembah hitam yang bisa merongrong dan menghancurkan keharmonisan kehidupan Rumah Tangga (RT) karena kerap terjadi perdebatan dan perseteruan antar sesama keluarga.
“Keberadaan tempat maksiat yang ada di kecamatan sirandorung diharapkan secepatnya ditutup guna mengantisipasi kurangnya keharmonisan antar keluarga dalam rumah tangga. bahkan sering muncul kecurigaan berlebihan yang mengakibatkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga masyarakat.maka sangat diharapkan.agar pihak yang berkompeten mampu menutup lokalisasi yang ada dikecamatan sirandorung demi menunjang kesejahteraan masyarakat setempat”. Kata Ibu ibu tersebut menuturkan. (CM.01)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar