FPTR, EDYANTO SIMATUPANG, RANTINUS MANALU Pr, BONARAN SITUMEANG
“Pergerakan meruntuhnya Rezim Otoriter Tuani, Firaun di Tap. Tengah”
Demi Kebenaran dan Menghindari Pembunuhan Kharakter
sms saya vs Lae Bonaran terkait perjuangan, Sabtu 16 Juli 2011, 10.00 wib
edy : Lae..apa yang saya lakukan untuk menekan KPU, tinggal perintah, siap turun
Bonaran : Gak usah lae, yang perlu tlg buka portal yg di Labuan Angin, ini pesan….kepada saya
edy : ok lae, beri saya waktu 2-3 hari untuk mensosialisasikan
Bonaran : saya akan priotaskan
edy : T,kasih lae, salam
(sms ini masih saya simpan)
Tgl 21/7 portal saya buka resmi dengan membuat surat dari Forum. Tgl 22/7
edy : lae portal sudah saya buka, t.kasih
Bonaran : Mauliate
Cat: dari semua perbincangan sms dengan lae Bonaran tersebut yang saya ingat dan camkan. Terkait demokrasi di Tap.Tengah, adalah, tenang aja lae, dan banyak berdoa…
Salam Pergerakan..!!!
Pendampingan warga terkait penyerobotan hak atas tanah di Tapanuli Tengah dimulai tahun 2007, berawal dengan pertemuan saya dengan seorang Pastor yang bernama Rantinus Manalu di Bansos Desa Maduma Kecamatan Sorkam Barat. Saya dikenalkan seorang camat di Andam Dewi Anton Simanjuntak, juga ditambah referensi kawan aktivis dari PMKRI Rudolf Simamora.
Panggilan kemanusiaanlah yang mempertemukan saya dengan pastor tersebut, waktu itu saya masih aktiv jadi jurnalis di harian SIB (Sinar Indonesia Baru), so pasti banyak mengetahui tentang penyerobotan hak-hak rakyat Tap.Tengah, termasuk juga lahan keuskupan Sibolga.
Satu tujuan…diam tertindas..bangkit melawan, kami membentuk Forum Pembela Tanah Rakyat (FPTR), dibantu kawan-kawan aktivis PMKRI Cab. Medan, diantaran Denis Simalango, Luga Sihotang dll. Tahun itu juga saya sebenarnya sudah membentuk GEMPAR (Gerakan Masyarakat Penyuara Keadilan dan Kebenaran) hanya saya ingin lebih focus yaitu kasus tanah, karena lebih menantang.
Gerakan kita awali dengan melakukan aksi pertama di Kantor Camat Sosorgadong, waktu itu dijabat Hotlan Simanullang, dalang penyerobotan tanah di daerah tersebut. Karena kita disatukan oleh semangat panggilan kemanusiaan, kepedulian (empati), gerakan kita lebih progressive, revolusioner dan mampu bertahan, tanpa sponsor, pandding (dana) dari pihak manapun. Bahkan, saya masih ingat, untuk beli sepeda motor sajapun saya disumbang pastor Rp. 700.000, terkumpullah uang saya Rp 2.700.000, hingga dapat membeli sepeda motor GL Pro bolong (tanpa surat-surat), transportasi ini sangat penting untuk gerakan saya fakto wilayah yang sangat luas, ditambah jarak tempuh yang jauh, sepeda motor ini jadi sejarah bagi saya.
Tahun 2008 karena gerakan kita makin massif dan revolusioner, kita mendapat tantangan, cobaan. Aktivis FPTR banyak mengalami teror maupun intimidasi, seperti pembakaran rumah dan penikaman saya, percobaan penculikan, pembakaran padi, kriminalisasi, semua itu berkat perlindungan sang Pencipta, doa rekan-rekan juang seperti pastor yang slalu menguatkan saya serta rakyat Tap.teng. Bahkan tahun-tahun ini saya harus tinggal di tempat-tempat tersembunyi, seperti biara, terkadang juga harus dilarikan dari lorong-lorong gelap (2 minggu terkapar di Rumah Sakit Elizabet). Tahun 2009 saya di coba diuji, saya ditawarkan PNS, proyek, jatah dari kadis-kadis, rumah yang dibakar dibangun, orang tua yang dimutasi dikembalikan, dengan perenungan dan penguatan dari rekan juang saya pastor saya TOLAK. Tahun ini juga sewaktu aksi di Jakarta saya dipertemukan dengan lae Bonaran di Kelapa Gading, kebetulan ada pertemuan Alumni saya diundang. Saat itu lae Bonaran sudah menyampaikan niat untuk jadi bupati di Tap.Tengah. Saat itu juga saya menyampaikan isu kasus tanah, klo mau menang isu ini harus dimaikan. Karena saya masih focus untuk perjuangan rakyat saya sambut dengan biasa-biasa saja, lebih mengesankan di pertemuan itu adalah acara makan-makan, melihat gaya makan orang-orang sukses, kaya, pejabat saya jadi canggung dan kelaparan (jaim).
Sejak tahun 2007 kita sudah mengkampayekan Tangkap Tuani Lumban Tobing, otak, dalang kemiskinan di Tapanuli Tengah, konsep pembangunan bupati tersebut tidak pro rakyat, dengan dalih pembangunan hak-hak rakyat dikorbankan, darah dan air mata banyak tertumpah dalam perjuangan tersebut. Dengan berbagai aksi turun ke jalan, puluhan kali, hingga ke pusat terus kita lakukan melawan rezim otoriter.Jaringan perlawanan terus kita galang, aktivis-aktivis PMKRI, Pergerakan Indonesia, KontraS, LBH, Komnas HAM, Walhi, AGRA, FMN, FPPI menjadi SATU, lawan atau tertindas.
Gerakan rakyat di Tap. Tengah terus makin gencar, FPTR membuktikan diri dapat memerdekakan rakyat, seperti di Kecamatan Sosorgadong, 125 hektar tanah rakyat dikembalikan, di jalan Rampa-Poriaha menuju kawasan PLTU Labuan Angin berhasil kita blokir hingga hak-hak rakyat diakui secara hukum banyak. Rakyat korban PT. Nauli Sawit, PT. CPA/AIP, PT. TAS, korban Bandara P. Sori, pembangunan Asrama Haji terus kita didik melawan penindasan. Di Pemerintahan BOSUR nanti, semua kasus tanah ini harus dituntaskan, rakyat akan menagih janji politik beliau.
Tahun 2010 pesta demokrasi di Tapteng di mulai sesuai dengan tahapan pilkada, motto: 2011 adalah momentum perubahan, tapteng butuh calon pemimpin yang revolusioner. Dilapangan kita terus mengkampayekan, HANCURKAN Rezim Tuani, saatnya berubah, ABT (Asal Bukan Tuani). Semangat kita terus terpacu, jauh sebelum TIM terbentuk Aktivis FPTR terus bergerak ke basis-basis, constituent hingga kepelosok2, bahkan kedaerah yang belum ada penerangan, seperti daerak Tukka dibali Gunung (lupa nama), gunung paying (basis warga Nias), walau dengan dana sendiri, lelah kita terjawab dengan sambutan rakyat, mereka menyambut dan berkata “margatti jo” (=berganti dululah pemimpin). Namun saya khawatir sebab system yang dkuasai rezim, dan karena kekhawatiran inilah saya bertanya serius kepada lae bonaran hingga 3x di taman hotel WI (Wisata Iman), kegelisahan ini juga didasari ketidak inginan kalah dalam pertarungan, sebab sudah terlalu lama rakyat menderita, juga didasari keluhan-keluhan rekan-rekan juang di lapangan.
Percakapan ke 3 x 1 bulan sebelum hari “H” di Taman WI
Edi : horas lae, sebari menyalam..
Bonaran : horas
Edi : Lae saya mau aksi terkait kasus tuani
Bonaran : ok, seberi menyerahkan bantuan dana
Edy : serius kah lae maju
Bonaran : Serius lae, tidak usah ragu..
Bubar….
Bahkan pertemuan di Hotel WI bersama TIM, saya menyampaikan dengan tegas, kita tidak bisa membebankan tim, paling tidak untuk bergerak tidak merugikan rekan-rekan, mereka harus di bekali amunisi. Di pertemuan itu juga saya meminta harus dibuat tekanan-tekanan melalui aksi untuk memecah konsentrasi rezim. Hanya calon bupati waktu menjawab, “ tidak usah”.
“Saya orang pergerakan, punya ideology social demokrasi, rakyat berdaulat (rakyat kuasa) dalam strategi perjuangan di Tapteng saya punya paham, musuhpun harus dirangkul, bahkan dalam perjuangan membela hak rakyat saya pernah mengatakan di depan aktivis di Medan, “setan atau PKI” pun bergabung, peduli dalam perjuangan ini saya terima kalau untuk berhasil.
Bahkan, dalam penentuan paket cabub/cawabub tapteng pun saya pernah usulkan dan bicarakan kepada lae Bonaran. Waktu itu saya menawarkan Efendy-Bonaran, hanya jawab lae Bonaran, Pak Efendy tdk mau jadi wakil. Hanya satu tujuan, supaya rezim Tuani hancur, strategi apapun akan saya lakukan, ini sah dalam mencapai perubahan.
Semangat untuk menghancurkan rezim tuani terus berkobar seperti baja dan api yang siap menghancurkan tirani-tirani penindasan. Saya harus mengambil sikap, membunuh keraguan, kegelisahan maupun kekhawatiran. Keraguan dihati rekan-rekan juang yang ada ditingkat basis harus dijawab, kita harus menangkan BOSUR.
“H Min 3”, saya menelpon lae Bonaran, saya akan turun ke Dapil IV, daerah pemilihan ini saya pilih karena basis pergerakan/perlawanan kita di daerah ini, mereka butuh saya dilapangan, itu yang ada dipikiran saya. Tapi lain dengan keinginan lae Bonaran, saya ditugaskan langsung ke dapil 2 dan 1, penugasan ini saya informasikan kepada rekan-rekan juang di dapil 3 dan 4. Ini saatnya menghancurkan rezim..!
Hingga “H Min 1”, dengan bantuan kawan-kawan media, saya terus bergerak, beberapa kejadian-kejadian seperti di Kantor Camat Pinang Sori, karena masalah saksi-saksi Bosur yang ingin diganti oleh permainan PPK kita hajar, saya memberi penguatan, hingga di kawasan kantor tersebut rekan-rekan juang hampir rusuh, untung pihak keamanan persuasive sehingga hak-hak kita dipenuhi. Malam itu juga kita bergerak ke Kantor Camat Tukka, sebab kita mendapat informasi dari Center, Tuani Lumbantobing kunjungan ke kantor tersebut, dengan sigap saya bergerak, menghubungi rekan-rekan di sana, seperti Capallo, supaya mempertanyakan keberadaan bupati tersebut, kenapa harus malam mengadakan kunjungan. Kita berhasil, bupati buru-buru pergi “tampa muka”, bahkan malam itu kita mengenalkan Syukran selaku wakil kepada tim-tim yang belum kenal, perkenalan ini kita arahkan ke rumah salah satu tim Bosur.
Begitu kotak suara di temukan di rumah salah satu petugas pemilu di Pasir Bidang, kita bergerak, mendapat informasi ini, sehingga kota suara tersebut berhasil di amankan pihak kepolisian. Pergerakan tim-tim musuh di sarudik kita persempit, kita terus melakukan swipping di lorong-lorong/gang, informasi money politik oleh kubu musuh memang betul, banyak kita temukan. Hingga pagi kita terus siaga di Kecamatan Pondok Batu, kantor camat yg berlokasi di Pelabuhan. Amunisi yang saya kumpul dari sana-sini dapat dinikmati oleh rekan-rekan juang, sebatang rokok untuk menghangatkan badan, sepotong roti untuk mengusir rasa lapar, sebotol air minum mineral untuk mengusi rasa lelah. Demi satu tujuan semua bergerak, semua semangat, rasa lelah hilang, wajah yang murung berubah menjadi wajah riang kala Bosur meraih suara terbanyak.
Kemenangan BOSUR adalah Kemenangan RAKYAT…!!!
Tulisan ini..dari hati yang paling dalam, tulus..terangkai dari keadahan hati yang sedih, hal ini saya lakukan untuk menghindari pembunuhan kharakter yang semakin gencar dilakukan terhadap saya. Saya sadar, ini memang datang dari orang-orang yang bertanggung jawab, yang merasa dirinya paling hebat, paling benar, paling berjasa dipemenangan Bosur.
Saya tidak tahu tujuan orang-orang tersebut, saya hanya tahu “mereka” mau menyingkirkan saya, mereka tidak pernah bertanya penderitaan saya, atau “mereka” mau jadi pahlawan..? Saya tidak bisa menjawab, tulisan ini bukan untuk membenarkan saya, mencari popularitas, sanjungan. Saya hanya ingin mendapatkan hadiah, tolong saya jangan di FITNAH, hanya ini.
Tapi untuk meyadarkan kita dari tidur dan mimpi, saya ingin bertanya : “Kemana anda 5 tahun yang lalu saat rakyat Tapanuli Tengah menderita, menangis dan berdarah, kenapa anda diam, bisu, tidak melihat atau mendengar derita kami, apakah saudara merasakan derita saat orang tua Juang Napitupulu (5) dipenjara (pembakaran kantor PT. Nauli Sawit 2008), dia ingin mendapatkan susu ?”.
Sibolga, 02 Agustus 2011
Edyanto Simatupang
Aktivis Pergerakan Indonesia/LSM Cakra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar